Lagi, tiga serangkai yang hari ini dirasakan hanya menjadi beban bagi kehidupan seorang wanita. Dengarlah kalimat orangtua yang anaknya ketahuan hamil lagi padahal anaknya yang pertama baru berumur satu tahun, “Kamu hamil lagi?? Memangnya, kamu disekolahkan tinggi-tinggi, mahal-mahal, hanya untuk hamil saja?”
Dan kalimat ketidaknyamanan lainnya yang hadir bukan saja dari orangtua bahkan dari orang sekelilingnya. Bagi seorang wanita yang melahirkan lagi dan lagi…
Belum lagi media sebagai guru besar masyarakat, yang sering menampilkan para wanita yang mengesampingkan peran kehamilan, melahirkan dan menyusui.
Dampaknya, ‘tarbiyah’ keluarga, masyarakat dan media itu menyebabkan kaum hawa meletakkan kata hamil dan menyusui di sudut sempit dalam hidupnya. Jika bisa tidak, mengapa harus iya. “Kapok!” kata seorang ibu sambil mengelus-elus perutnya.
Bisa dibayangkan bagaimana suasana hati ibu yang seperti ini saat hamil, melahirkan dan menyusui? Damaikah, senangkah, bahagiakah, atau sebaliknya.
Mari kita tanyakan kepada panduan utama manusia bahagia di dunia dan akhirat, Al Quran.
Di dalam Al Quran disampaikan,
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman: 14)
وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلَاثُونَ شَهْرًا حَتَّى إِذَا بَلَغَ أَشُدَّهُ وَبَلَغَ أَرْبَعِينَ سَنَةً قَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَصْلِحْ لِي فِي ذُرِّيَّتِي إِنِّي تُبْتُ إِلَيْكَ وَإِنِّي مِنَ الْمُسْلِمِينَ
“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: “Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri.” (Qs. Al Ahqaf: 15)
Dua ayat tersebut, dimulai dengan perintah Allah langsung kepada seluruh manusia agar berbakti kepada kedua orangtuanya. Dan subhanallah, setelah itu Allah hanya menyebut peran ibu.
Dalam Surat Luqman disebutkan 2 hal: hamil dan menyapih susuan.
Sementara dalam surat Al Ahqaf disebutkan 3 hal: hamil, melahirkan, menyapih susuan.
Jadi sangat jelas, betapa hamil, melahirkan dan menyusui hingga menyapihnya adalah aktifitas sangat mulia yang langsung disanjung oleh Allah Pencipta seluruh yang ada. Cukuplah ini menjadi jaminan kemuliaan.
Apalagi ketika tiga aktifitas ini dijadikan alat tukar bagi bakti seorang anak di kemudian hari. Bakti anak tentu menjadi tumpuan orangtua yang paling membahagiakan di usia senjanya kelak. Tidak ada orangtua yang tidak berharap memiliki anak yang berbakti.
Jika demikian harapan orangtua. Jika demikian harga yang harus dibayarkan oleh orangtua untuk ‘membeli’ bakti anak.
Maka, mengapa hamil masih merupakan aktifitas rendah bahkan dicaci maki.
Lebih dari itu, ayat tersebut menyampaikan bahwa hamil memang penuh perjuangan dengan susah payah, lemah bertambah lemah. Keadaan yang sulit ini, seharusnya tidak ditambahi beban dengan berbagai tekanan.
Maka, mengapa melahirkan menjadi bahan ejekan.
Lebih dari itu, ayat tersebut menyampaikan bahwa melahirkan pun perlu perjuangan yang tidak mudah. Sehingga seharusnya para ibu yang hamil ridho melahirkan dengan rasa sakit dan perjuangan bertaruh nyawa. Bukan mudah menyerah dan malas berjuang sehingga dikeluarkan oleh peralatan medis.
Maka, mengapa menyusui menjadi aktifitas yang menakutkan dan memusuhi kecantikan.
Lebih dari itu, ayat tersebut sangat jelas memerintahkan hingga penyapihan. Dan menyapih susuan yang sempurna selama dua tahun. Angka yang telah disebut ayat 15 abad yang lalu dan baru disepakati oleh para ahli kesehatan dunia pada abad yang lalu.
Jadi, para ibu dan keluarga muslim, sudah seharusnya kita sadari bahwa hamil penuh perjuangan, kesabaran dalam merasakan sakitnya melahirkan meregang nyawa dan menyusui sempurna 2 tahun adalah harga yang harus dibayar oleh para orangtua untuk hadirnya bakti anak di kemudian hari.
Menjadi sangat rumit, berharap memiliki sesuatu tetapi tidak mau memberikan harganya. Karena setiap sesuatu ada harganya. Apalagi, ini adalah sesuatu yang teramat mahal; bakti anak.[ph]