Tak ada rumah tangga tanpa pertengkaran. Tak ada perjalanan cinta tanpa cemburu. Seperti bahtera di lautan lepas. Terkadang langit cerah dan tenangnya gelombang menenangkan hati penumpangnya. Adakalanya langit berubah hitam, gumpalan pekatnya awan, dengan angin kencang dan kecamuk gelombang menerpa semua sisi bahtera. Membuat hati berubah khawatir dan gelisah. Ada harapan dan usaha di sana agar biduk ini tidak pecah atau terbalik di hantam gelombang.
Rada romantis ya bunda ayah..? Hanya ingin memberikan sedikit gambaran kalau kita dalam berumah tangga terkadang menemukan suasana seperti ini.
عَنْ عَائِشَةَ، زَوْجِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم قَالَتْ؛
أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صلى الله عليه وسلم خَرَجَ مِنْ عِنْدَهَا لَيْلاً. قَالَتْ فَغِرْتُ عَلَيْهِ. فَجَاءَ فَرَأَى مَا أَصْنَعُ. فَقَالَ “مَالَكِ؟ يَا عَائِشَةَ! أَغِرْتِ؟” فَقُلْتُ: وَمَا لِي لاَ يُغَارُ مِثْلِي عَلَى مِثْلِكَ؟ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم: أَقَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُكِ؟” قَالَتْ: يَا رَسُوْلَ اللهِ! أَ وَمَعِي شَيْطَانُ؟ قَالَ :نَعَمْ ,قُلْتُ: وَمَعَ كُلِّ إِنْسَانٍ؟ قَالَ :نَعَمْ. قُلْتُ: وَمَعَكَ؟ يَا رَسُوْلَ اللهِ! قَالَ :نَعَمْ. وَلَكِنْ رَبِّي أَعَانَنِي عَلَيْهِ حَتىَّ أَسْلَمَ
Hadits riwayat ‘Aisyah Radhiyallahu ‘anha, istri nabi Shallallahu alaihi wassalam, ia berkata :
Sesungguhnya Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam keluar dari rumahnya pada suatu malam. Kata ‘Aisyah: “Lalu saya merasa cemburu kepada beliau.” Kemudian Nabi datang dan melihat perbuatan saya, lalu beliau bertanya : “Ada apakah hai ‘Aisyah? Cemburukah engkau ?” Saya menjawab: “Mengapa tidak akan cemburu orang seperti saya ini terhadap orang seperti engkau !” Rasulullah Shallallahu alaihi wassalam bersabda: “Apakah setanmu datang?” Jawab ‘Aisyah: “Ya Rasulullah ! Apakah ada setan yang menyertaiku?” Jawab Nabi: “Ya” Saya bertanya: “Juga setiap orang ?” Jawab Nabi : “Ya” Saya bertanya: “Dirimu juga, ya Rasulullah?” Beliau menjawab: “Ya, tetapi Tuhan menolongku untuk menguasainya sampai dia islam” (HR. Muslim)
Ada apakah hai ‘Aisyah? Cemburukah engkau ?
Cemburu, kata ini seringkali menjadi penyebab munculnya sebuah pertengkaran di dalam rumah tangga. Bunda ayah, pernah tidak bunda dan ayah bertengkar karena cemburu ? Cemburu itu bisa menimpa siapa saja, bahkan terhadap isteri Rasulullah Muhammad Shalallahu’alaihi wasallam sekalipun. Cerita ummul mukminin Aisyah Radhiallahu’anha di atas menggambarkan tentang suasa dan perasaan cemburu yang meliputi dirinya. Ketika ia mendapati Rasulullah keluar secara diam-diam di malam hari. Dalam riwayat yang berbeda di sebutkan bahwa Rasulullah ternyata pergi ke pemakaman Baqi, untuk mendo’akan para shahabat yang telah pergi lebih dahulu meninggalkan beliau.
“Mengapa, apa tidak pantas orang seperti saya ini cemburu terhadap orang seperti engkau ya Rasulullah !”
Lihatlah jawaban Aisyah itu. Ada pengakuan dan rasa bersalah dalam diri Ummul Mukminin Aisyah Radhiallahu’anhadengan sikapnya yang sempat mencurigai Rasulullah karena keluar di malam hari pada saat menjadi malam gilirannya. Pengakuan bahwa memang benar dirinya sedang terbalut cemburu. “Tapi….bukankah itu normal-normal saja ya Rasulullah….orang seperti aku, kalau orang seperti aku ini mencemburui orang yang sempurna seperti engkau ?”. Itulah mungkin bayangan kita tentang kecemburuan Aisyah terhadap Rasulullah. Sosok yang sempurna di kagumi dan di cintai banyak orang.
Apa yang kita bayangkan ketika kita mengalami sebuah dialog suami isteri yang berawal dari satu kecemburuan ? Ya…biasanya ketika kita berada dalam kondisi seperti ini, akan berujung kepada sebuah pertengkaran.
Tak Perlu Gengsi untuk Mengaku Sebuah Kesalahan
Bunda ayah, coba ingat-ingat ulang beberapa peristiwa yang mengantarkan bunda ayah kepada sebuah pertengkaran. Ada kalanya bunda dan ayah menyadari kalau kita sudah melakukan suatu kesalahan. Tapi syaithan membuat kita gengsi untuk mengakui itu. Bahkan membuat benteng pertahanan diri lebih tebal dan balik menyerang. Membuat sebuah pertengkaran berkepanjangan.
Apakah Syaithanmu Sedang Datang ?
أَقَدْ جَاءَكِ شَيْطَانُكِ؟ Inilah sebuah pertanyaan Rasulullah kepada Aisyah. Sebuah pertanyaan dimana kecemburuan yang membawa kepada kemarahan dan menutupi cara berpikir positif adalah bagian dari upaya syaithan. Uniknya, bibit pertengkaran ini kemudian berubah menjadi sebuah dialog yang sangat informatif dan syarat dengan ilmu. Dari dialog inilah kita mengetahui kalau ternyata di setiap diri kita selalu ada syaithan yang mendampingi (Qorin). Begitu juga di diri Rasulullah, tapi Allah telah mengislamkannya.
Ubahlah Topik Pembicaraan
Bunda ayah…setelah siapa pun dari kita yang menemukan kesalahan itu di diri, setelah kita akui. Maka bersegeralah untuk mengubah topik pembicaraan. Jangan teruskan pembicaraan yang membuat setiap diri kita menjadi sangat sensitif dan gampang memicu pertengkaran. Semoga Allah senantiasa menjaga setiap keluarga yang ingin mencontoh indahnya rumah tangga Rasulullah. [cs]